-->

Kamis, 18 Desember 2014

Materi UAS Agama Islam semester I (Muamalah, Muasyarah, Akhlak dan Pembinaan Wanita Dalam Agama)

Nama           : Risma Adenani
Semester      : 1 (satu)
Matakuliah   : Agama Islam
Keterangan  : Bahan rangkuman untuk UAS tentang Muamalah, Muasyarah, Akhlak, dan Pembinaan wanita dalam Agama

Muamalah
Muamalah : Saling bertindak, saling berbuat, saling mengamalkan
Muamalah :
-Arti sempit: Aturan-aturan allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta bendamya.
-Arti Luas : Aturan-aturan (hokum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan social
Muamalah dibagi menjadi 2 ;
1.     Muamalah Madiyah => Muamalah yang mengkaji Obyeknya (Benda yang halal, haram dan syubhat untuk diperjualbelikan)
2.     Muamalah Adabiyah => Muamalah yang mengkaji Subyeknya (Ditinjau dari segi tukar menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia yang unsure penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Misalnya: keridhaan kedua belah pihak, ijab qabul, menipu, dll)
Konsep dasar Muamalah ;
            -Hukum muamalah dalah mubah atau diperbolehkan
            -Konsep muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
            -Menetapkan harga yang kompetitif
            -Meninggalkan intervensi yang dilarang
            -Menghindari eksploitasi
            -Memberikan kelunturan dan toleransi
            -Jujur dan Amanah

Sumber hukum Muamalah ;
ð  Primer :        -Alquran
-Assunah
-Ijma
-Qiyas

ð  Sekunder : -Istihsan
              -Istislah
              -Al’urf           


Mu’asyarah

Mu’asyarah mengandung arti hubungan atau pergaulan.
Mu’asyarah diartikan sebagai hubungan suami istri. Adapun maksud dari kata mu’asyarah bil ma’ruf adalah perintah untuk menggauli istri dengan baik yang dilakukan oleh suami.

                                           بِالمَعروفِوَعاشِروهُنَّ
”....Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri) dengan secara patut...”.
(Q.S. An-Nisa:19)


Hukum mu’asyarah adalah hukumnya wajib, karena hubungan yang dilakukan suami-istri merupakan salah satu tujuan dalam berumahtangga.

Tujuan Mu’asyarah
Pernikahan adalah perintah Allah, dan segala sesuatunya mempunyai tujuan. Allah menciptakan makhluk-Nya bukan tanpa tujuan, tetapi didalamnya terkandung  rahasia yang amat dalam, supaya hidup hamba-hamba-Nya di dunia ini menjadi tentram.
·         Tujuannya adalah agar rumahtangga terjalin baik dan harmonis. Selain itu juga melestarikan anak turunan, karena anak turunan diharapkan dapat mengambil alih tugas, perjuangan dan ide-ide yang pernah tertanam didalam jiwa suami atau istri.
·         Tujuan mu’asyarah lainnya adalah agar manusia dapat berkembang biak mengisi bumi dan memakmurkannya.



Akhlak

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan

Kata ‘’akhlak’’ berasal dari bahasa arab yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam KBBI akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan.
Jadi akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.

Tujuan Akhlak :
-Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir
-Bertujuan membentuk pribadi muslim yang luhur
-Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan



Pembinaan Wanita dalam Agama

Pesan : Buat para kaum hawa sebaiknya dibaca sampai selesai, tidak hanya di copy paste aja. Karena  materi  ini bagus untuk para kaum seperti kita. Ini sangat bermanfaat untuk pengetahuan dan juga untuk bekal di masa depan kelak..
Terimakasih ^^

Pembinaan merupakan sesuatu yang niscaya, karena fitrah manusia yang senantiasa membutuhkan nasihat dan perhatian. Kenapa demikian?

·         Karena manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT di mana salah satunya memiliki sifat lupa. Dengan demikian, manusia, termasuk di dalamnya muslimah butuh untuk selalu diingatkan dan diarahkan (Fa dzakir fainna dzikra tanfaaul mu’minin).

·         Karena tabiat manusia yang membutuhkan hidup berkelompok. Pembinaan dalam beberapa hal melatih bagaimana muslimah dapat hidup berkelompok dengan berbagai tanggung jawabnya.

·         Karena manusia memiliki tabiat lemah dan bodoh. Dengan kesadaran ini, maka muslimah akan terpacu untuk senantiasa menambah ilmu dan wawasan sehingga akan dapat mengarungi kehidupannya dengan  ilmu dan pemahaman
Dari uraian di atas, kita  dapat memahami bahwa beberapa urgensi Pembinaan bagi Muslimah adalah sebagai berikut:
  1.  muslimah dapat  menambah ilmu dan wawasan
  2. muslimah dapat mendukung suami dalam dakwah
  3. muslimah dapat sukses dalam mendidik anak
  4. muslimah dapat  eksis di tengah masyarakat untuk bekerja sama dalam memberdayakan lingkungan yang islami
Jika para muslimah memiliki ilmu dan wawasan yang luas, mereka akan mampu memberikan pengajaran dan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, mengetahui jalan-jalan kebaikan, yang dengannya dia akan banyak kesempatan/peluang untuk beramal, mampu mengajarkan  kebaikan kepada masyarakatnya. Dan  seorang muslimah yang memiliki banyak ilmu dan wawasan tidak akan ditipu dan dibohongi oleh pihak-pihak yang ingin menjerumuskannya dari kalangan musuh-musuh Allah.
Muslimah yang memiliki ilmu  pada gilirannya juga akan meningkatkan keimanan. Karena iman harus didahului dengan ilmu. Perhatikan firman Allah:Fa’lam annahu Laa ilaaha illaLLAH. Kata fa’lam tersirat makna agar kita punya ilmu, sehingga kita bisa mengimani  Allah.
Dalam kehidupan seorang muslimah, manakala dia mengalami penurunan iman, maka akan berdampak buruk bagi orang-orang di sekelilingnya, baik suami, orang tua, maupun anak-anaknya. Dampak buruk itu misalnya dapat berupa menjadi sasaran pelampiasan kemarahan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, tidak mustahil akan berakibat pada penurunan produktivitas dari suatu keluarga. Kita bisa membayangkan seorang suami yang menjadi sasaran kemarahan istri, pasti tidak dapat bekerja secara konsentrasi dan optimal. Demikian juga anak-anak di sekolah tidak dapat belajar dengan konsentrasi dan baik, manakala selalu dimarahi oleh ibunya. Seseorang yang marah, pada hakikatnya  dia sedang membuang-buang energi, yang berarti melakukan kesia-siaan.
Selain menjadi mudah marah, seorang muslimah yang mengalami penurunan iman juga akan menjadi malas dalam melakukan aktivitas ibadah. Kemalasan dalam beribadah ini pada akhirnya juga akan menurunkan kembali keimanan, sehingga menjadi lingkaran tak berujung. Bisa kita bayangkan jika muslimah tidak mendapatkan siraman dalam tarbiyah yang akan menghidupkan dan menyegarkan  kembali keimanannya. Ibarat tanaman yang menjadi segar kembali setelah layu karena tidak disiram. Kemalasan dalam melakukan ibadah juga akan menjadi satu hal yang pada gilirannya akan di contoh oleh anak-anak. Akhirnya akan lahirlah generasi yang pemalas.
Penurunan keimanan pada gilirannya juga akan melemahkan motivasi dalam banyak  hal. Orang yang lemah motivasinya akan kehilangan semangat dalam menggapai sesuatu yang lebih baik di masa depan.
Dengan keimanan yang terus meningkat, seorang muslimah akan lebih produktif di dalam beramal, baik dalam lapangan kehidupan keluarga maupun kehidupan masyarakat. Dengan demikian tidak dapat di bantah lagi bahwa semua pihak harus melalukan pembinaan terhadap wanita misalnya dengan cara tarbiyah muslimah.

Muslimah akan dapat sukses mendidik anak.
Pemahaman akan nilai strategis  seorang anak sebagai investasi pahala yang tak pernah putus bagi orang tuanya, akan memotivasi para muslimah untuk senantiasa memperhatikan dan bersemangat dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi rabbani, saleh dan muslih. Pemahaman dan kesadaran demikian akan muslimah dapatkan dalam proses tarbiyah. Berawal dari pemahaman dan kesadaran inilah seorang muslimah akan berjuang sungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bagaimana orang tua menyayangi anak-anaknya dengan ciuman kasih sayang, sehingga beliau mengomentari sahabat yang tidak pernah sekalipun mencium anak-anaknya dengan ungkapan “barangkali Allah telah mencabut kasih sayang dari dirinya”
Jadi, ukuran kesuksesan mendidik anak adalah berhasil menjadikan anak-anaknya sebagi penghuni surga. Adapun kesuksesan-kesuksesan yang sifatnya dunia dan materi hakikatnya itu merupakan asesoris yang akan mempercantik “kesuksesan hakiki menjadi penghuni surga”.

Muslimah dapat eksis di tengah masyarakat untuk bekerja sama dan memberdayakan lingkungan masyarakat yang Islami
Kehadiran muslimah di tengah lingkungan masyarakatnya harus dapat memberi pengaruh yang positif, mampu mencetak lukisan indah di tengah masyarakat, dan bukan melebur pada warna lukisan yang ada di masyarakat. Agar dapat memberikan pengaruh  yang demikian, seorang muslimah membutuhkan bekal-bekal motivasi, keberanian, kebijaksanaan dan keterampilan.

Secara umum, masyarakat yang melingkupi kehidupan muslimah sekarang ini, masih jauh dari nilai-nilai kebenaran. Berbagai fenomena menunjukkan betapa manusia masih diperbudak oleh makhluk dan hawa nafsunya. Lihatlah, betapa banyak wanita-wanita yang notabene seorang muslim, tampil dengan  pakaian yang minim, betapa banyak remaja yang berbeda jenis bergaul tanpa batas. Lihat pula gerombolan ibu-ibu yang lebih suka bergosip dengan sesama tanpa merasa bersalah. Lihat pula betapa banyak ibu-ibu dari kalangan menengah ke atas lebih senang berburu perhiasan dan perabot rumah yang harganya berlipat-lipat dari gaji seorang guru. Semua fenomena tersebut membutuhkan perhatian yang serius dan kerja keras dari para muslimah yang terbina untuk mengembalikan masyarakat  kepada fitrahnya yang hanif dan cinta kebenaran.

Salah satu hadits Rasul SAW yang dapat di jadikan pedoman dalam merekayasa masyarakat adalah hadits yang artinya :
“Barang siapa yang  melihat  kemungkaran, maka cegahlah dengan tangannya, kalau dia tidak mampu, maka cegahlah dengan lisannya, dan kalau dia tidak mampu juga, maka cegahlah dengan hati. Dan itulah selemah-lemah iman.”

Jika seorang muslimah sudah tidak ada kepekaan dan kepedulian sama sekali melihat kemungkaran dan permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, maka ia dipertanyakan keimanannya.

Selain itu, Allah juga mengingatkan kita di dalam firman Allah pada surat al Anfal ayat 25:
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al Anfal: 25)
Ayat  tersebut  seharusnya menjadi penyemangat bagi para muslimah untuk senantiasa proaktif dalam menyeru masyarakat nya kepada kebaikan, sehingga akan jauh dari Azab atau siksa Allah. Di dalam aktivitas pembinaan tarbiyah, muslimah akan mendapatkan banyak motivasi untuk selalu berbuat, berjuang dan melakukan banyak hal. Maka tarbiyah bagi muslimah adalah suatu yang tidak dapat dipisahkan dari dirinya.



^Sekian^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar