Nama :
Risma Adenani
Semester :
1 (satu)
Matakuliah :
Agama Islam
Keterangan :
Bahan rangkuman untuk UAS tentang Muamalah, Muasyarah, Akhlak, dan
Pembinaan wanita dalam Agama
Muamalah
Muamalah : Saling bertindak, saling berbuat, saling mengamalkan
Muamalah :
-Arti sempit: Aturan-aturan allah yang wajib ditaati yang
mengatur hubungan manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan
mengembangkan harta bendamya.
-Arti Luas : Aturan-aturan (hokum) Allah untuk mengatur
manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan social
Muamalah dibagi menjadi 2 ;
1.
Muamalah Madiyah => Muamalah yang mengkaji
Obyeknya (Benda yang halal, haram dan syubhat untuk diperjualbelikan)
2.
Muamalah Adabiyah => Muamalah yang mengkaji
Subyeknya (Ditinjau dari segi tukar menukar benda yang bersumber dari panca
indra manusia yang unsure penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban.
Misalnya: keridhaan kedua belah pihak, ijab qabul, menipu, dll)
Konsep
dasar Muamalah ;
-Hukum muamalah dalah mubah atau diperbolehkan
-Konsep muamalah untuk mewujudkan
kemaslahatan
-Menetapkan harga yang kompetitif
-Meninggalkan intervensi yang
dilarang
-Menghindari eksploitasi
-Memberikan kelunturan dan toleransi
-Jujur dan Amanah
Sumber
hukum Muamalah ;
ð Primer : -Alquran
-Assunah
-Ijma
-Qiyas
ð Sekunder : -Istihsan
-Istislah
-Al’urf
Mu’asyarah
Mu’asyarah mengandung arti hubungan atau pergaulan.
Mu’asyarah
diartikan sebagai hubungan suami istri.
Adapun maksud dari kata mu’asyarah bil ma’ruf adalah perintah
untuk menggauli istri dengan baik yang dilakukan oleh suami.
بِالمَعروفِوَعاشِروهُنَّ
”....Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri) dengan secara patut...”.
”....Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri) dengan secara patut...”.
(Q.S. An-Nisa:19)
Hukum mu’asyarah adalah hukumnya
wajib, karena hubungan yang dilakukan suami-istri merupakan salah satu tujuan
dalam berumahtangga.
Tujuan Mu’asyarah
Pernikahan adalah
perintah Allah, dan segala sesuatunya mempunyai tujuan. Allah menciptakan
makhluk-Nya bukan tanpa tujuan, tetapi didalamnya terkandung rahasia
yang amat dalam, supaya hidup hamba-hamba-Nya di dunia ini menjadi tentram.
·
Tujuannya adalah agar rumahtangga terjalin baik
dan harmonis. Selain itu juga melestarikan anak turunan, karena anak turunan
diharapkan dapat mengambil alih tugas, perjuangan dan ide-ide yang pernah
tertanam didalam jiwa suami atau istri.
·
Tujuan mu’asyarah lainnya adalah agar manusia dapat berkembang
biak mengisi bumi dan memakmurkannya.
Akhlak
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
Kata ‘’akhlak’’ berasal dari bahasa arab yang artinya tingkah
laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam KBBI akhlak dapat
diartikan budi pekerti, kelakuan.
Jadi akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang
dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
Tujuan Akhlak :
-Memupuk
dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir
-Bertujuan
membentuk pribadi muslim yang luhur
-Menghindari
diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan
Pembinaan Wanita dalam Agama
Pesan : Buat para kaum hawa sebaiknya dibaca sampai selesai,
tidak hanya di copy paste aja. Karena materi
ini bagus untuk para kaum seperti kita. Ini sangat bermanfaat untuk
pengetahuan dan juga untuk bekal di masa depan kelak..
Terimakasih ^^
Pembinaan merupakan sesuatu yang niscaya,
karena fitrah manusia yang senantiasa membutuhkan nasihat dan perhatian. Kenapa
demikian?
·
Karena manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT di mana salah satunya
memiliki sifat lupa. Dengan
demikian, manusia, termasuk di dalamnya muslimah butuh untuk selalu diingatkan
dan diarahkan (Fa
dzakir fainna dzikra tanfaaul mu’minin).
·
Karena tabiat manusia yang membutuhkan hidup berkelompok. Pembinaan
dalam beberapa hal melatih bagaimana muslimah dapat hidup berkelompok dengan
berbagai tanggung jawabnya.
·
Karena manusia memiliki tabiat lemah dan bodoh. Dengan
kesadaran ini, maka muslimah akan terpacu untuk senantiasa menambah ilmu dan
wawasan sehingga akan dapat mengarungi kehidupannya dengan ilmu dan
pemahaman
Dari uraian di atas,
kita dapat memahami bahwa beberapa urgensi Pembinaan bagi Muslimah adalah
sebagai berikut:
- muslimah dapat menambah ilmu dan
wawasan
- muslimah
dapat mendukung suami dalam dakwah
- muslimah
dapat sukses dalam mendidik anak
- muslimah
dapat eksis di tengah masyarakat untuk bekerja sama dalam
memberdayakan lingkungan yang islami
Jika para muslimah
memiliki ilmu dan wawasan yang luas, mereka akan mampu memberikan pengajaran dan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, mengetahui
jalan-jalan kebaikan, yang dengannya dia akan banyak kesempatan/peluang untuk
beramal, mampu mengajarkan kebaikan kepada masyarakatnya. Dan
seorang muslimah yang memiliki banyak ilmu dan wawasan tidak akan ditipu dan
dibohongi oleh pihak-pihak yang ingin menjerumuskannya dari kalangan
musuh-musuh Allah.
Muslimah yang
memiliki ilmu pada gilirannya juga akan meningkatkan keimanan. Karena
iman harus didahului dengan ilmu. Perhatikan firman Allah:Fa’lam annahu Laa ilaaha
illaLLAH. Kata fa’lam tersirat
makna agar kita punya ilmu, sehingga kita bisa mengimani Allah.
Dalam kehidupan
seorang muslimah, manakala dia mengalami penurunan iman, maka akan berdampak
buruk bagi orang-orang di sekelilingnya, baik suami, orang tua, maupun
anak-anaknya. Dampak buruk itu misalnya dapat berupa menjadi sasaran pelampiasan kemarahan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, tidak mustahil akan
berakibat pada penurunan produktivitas dari suatu keluarga. Kita bisa
membayangkan seorang suami yang menjadi sasaran kemarahan istri, pasti tidak
dapat bekerja secara konsentrasi dan optimal. Demikian juga anak-anak di
sekolah tidak dapat belajar dengan konsentrasi dan baik, manakala selalu dimarahi
oleh ibunya. Seseorang yang marah, pada hakikatnya dia sedang
membuang-buang energi, yang berarti melakukan kesia-siaan.
Selain menjadi mudah marah, seorang muslimah
yang mengalami penurunan iman juga akan menjadi malas
dalam melakukan aktivitas ibadah. Kemalasan dalam beribadah ini pada akhirnya juga akan
menurunkan kembali keimanan, sehingga menjadi lingkaran tak berujung. Bisa kita
bayangkan jika muslimah tidak mendapatkan siraman dalam tarbiyah yang akan
menghidupkan dan menyegarkan kembali keimanannya. Ibarat tanaman yang
menjadi segar kembali setelah layu karena tidak disiram. Kemalasan dalam
melakukan ibadah juga akan menjadi satu hal yang pada gilirannya akan di contoh
oleh anak-anak. Akhirnya akan lahirlah generasi yang pemalas.
Penurunan keimanan pada gilirannya juga akan
melemahkan motivasi dalam banyak hal. Orang yang lemah motivasinya akan
kehilangan semangat dalam menggapai sesuatu yang lebih baik di masa depan.
Dengan keimanan yang terus meningkat, seorang
muslimah akan lebih produktif di dalam beramal, baik dalam lapangan kehidupan
keluarga maupun kehidupan masyarakat. Dengan demikian tidak dapat di bantah
lagi bahwa semua pihak harus melalukan pembinaan terhadap wanita misalnya
dengan cara tarbiyah muslimah.
Muslimah akan dapat
sukses mendidik anak.
Pemahaman
akan nilai strategis seorang anak sebagai investasi pahala yang tak
pernah putus bagi orang tuanya, akan memotivasi para muslimah untuk senantiasa
memperhatikan dan bersemangat dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi
rabbani, saleh dan muslih. Pemahaman dan kesadaran demikian akan muslimah
dapatkan dalam proses tarbiyah. Berawal dari pemahaman dan kesadaran inilah
seorang muslimah akan berjuang sungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita
bagaimana orang tua menyayangi anak-anaknya dengan ciuman kasih sayang,
sehingga beliau mengomentari sahabat yang tidak pernah sekalipun mencium
anak-anaknya dengan ungkapan “barangkali Allah telah mencabut kasih sayang dari
dirinya”
Jadi, ukuran kesuksesan mendidik anak adalah
berhasil menjadikan anak-anaknya sebagi penghuni surga. Adapun
kesuksesan-kesuksesan yang sifatnya dunia dan materi hakikatnya itu merupakan
asesoris yang akan mempercantik “kesuksesan hakiki menjadi penghuni surga”.
Muslimah dapat eksis di tengah masyarakat untuk
bekerja sama dan memberdayakan lingkungan masyarakat yang Islami
Kehadiran muslimah di tengah lingkungan
masyarakatnya harus dapat memberi pengaruh yang positif, mampu mencetak lukisan
indah di tengah masyarakat, dan bukan melebur pada warna lukisan yang ada di
masyarakat. Agar dapat memberikan pengaruh yang demikian, seorang
muslimah membutuhkan bekal-bekal motivasi, keberanian, kebijaksanaan dan
keterampilan.
Secara umum, masyarakat yang melingkupi kehidupan
muslimah sekarang ini, masih jauh dari nilai-nilai kebenaran. Berbagai fenomena
menunjukkan betapa manusia masih diperbudak oleh makhluk dan hawa nafsunya.
Lihatlah, betapa banyak wanita-wanita yang notabene seorang muslim, tampil
dengan pakaian yang minim, betapa banyak remaja yang berbeda jenis
bergaul tanpa batas. Lihat pula gerombolan ibu-ibu yang lebih suka bergosip
dengan sesama tanpa merasa bersalah. Lihat pula betapa banyak ibu-ibu dari
kalangan menengah ke atas lebih senang berburu perhiasan dan perabot rumah yang
harganya berlipat-lipat dari gaji seorang guru. Semua fenomena tersebut
membutuhkan perhatian yang serius dan kerja keras dari para muslimah yang
terbina untuk mengembalikan masyarakat kepada fitrahnya yang hanif dan
cinta kebenaran.
Salah satu
hadits Rasul SAW yang dapat di jadikan pedoman dalam merekayasa masyarakat
adalah hadits yang artinya :
“Barang
siapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tangannya, kalau dia tidak mampu, maka cegahlah dengan lisannya, dan kalau
dia tidak mampu juga, maka cegahlah dengan hati. Dan itulah selemah-lemah
iman.”
Jika seorang
muslimah sudah tidak ada kepekaan dan kepedulian sama sekali melihat
kemungkaran dan permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, maka ia
dipertanyakan keimanannya.
Selain itu, Allah juga mengingatkan kita di
dalam firman Allah pada surat al Anfal ayat 25:
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al Anfal: 25)
Ayat tersebut seharusnya menjadi penyemangat
bagi para muslimah untuk senantiasa proaktif dalam menyeru masyarakat nya
kepada kebaikan, sehingga akan jauh dari Azab atau siksa Allah. Di dalam
aktivitas pembinaan tarbiyah, muslimah akan mendapatkan banyak motivasi untuk
selalu berbuat, berjuang dan melakukan banyak hal. Maka tarbiyah bagi muslimah
adalah suatu yang tidak dapat dipisahkan dari dirinya.
^Sekian^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar